TATA CARA RUQYAH YANG BENAR



TATA CARA RUQYAH YANG BENAR
Ruqyah adalah do’a dan bacaan-bacaan yang mengandung permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mencegah atau mengobati bala dan penyakit. Ruqyah seharusnya menjadi pilihan pertama tatkala seorang muslim tertimpa penyakit. Sebagai sarana penyembuhan, ruqyah tidak boleh diremehkan keberadaannya. 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya meruqyah termasuk amalan yang utama. Meruqyah termasuk kebiasaan para nabi dan orang-orang shalih. Para nabi dan orang-orang shalih senantiasa menangkis setan-setan dari anak Adam dengan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.” 
Karena demikian pentingnya penyembuhan dengan cara ini, maka setiap muslim semestinya mengetahui tata cara ruqyah yang benar agar saat melakukannya tidak menyimpang dari kaidah syar’i. 
Adapun tata cara ruqyah yang benar adalah sebagai berikut:
Keyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian meruqyah harus dengan Al-Qur’an, hadits atau dengan nama dan sifat Allah, dengan bahasa Arab atau dengan bahasa yang dapat dipahami. Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah saat membaca dan berdo’a. Membaca surat Al-Fatihah dan meniup anggota tubuh yang sakit. Demikian juga membaca surat Al-Falaq, An-Nas, Al-Ikhlas, Al-Kafirun. Dan seluruh Al-Qur’an pada dasarnya dapat digunakan untuk meruqyah. Akan tetapi ayat-ayat yang disebutkan dalil-dalilnya tentu akan lebih berpengaruh. Menghayati makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan do’a yang sedang dibaca. 
Selanjutnya, orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik yang berupa ayat Al-Qur’an maupun do’a-do’a dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Supaya penderita belajar dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang dibacakan sesuai dengan syari’at. Meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah. Masalah ini, menurut Syaikh Al Utsaimin rahimahullah mengandung kelonggaran. Caranya dengan tiupan yang lembut tanpa air ludah. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya tentang tiupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam meruqyah. Ia menjawab, “Seperi tiupan orang yang makan kismis. Tidak ada air ludahnya yang keluar.” (HR. Muslim).

Atau tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar As Salithi radhiyallahu ‘anhu. Tatkala ia meruqah seseorang yang gila, ia mangatakan, “Maka aku membacakan Al-Fatihah padanya selama tiga hari pagi dan sore. Setiap kali aku menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku ludahkan. Dan kemudian dia seolah-olah lepas dari sebuah ikatan.” (HR. Abu Dawud)

Selanjutnya, jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak masalah. Adapun media yang paling baik untuk ditiup adalah minyak zaitun. Disebutkan dalam hadits Malik bin Rabi’ah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُوا الزَّيْتَ وَادَّهِنُوا بِهِ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَة

“Makanlah minyak zaitun dan olesi tubuh dengannya. Sebab ia berasal dari tumbuhan yang penuh berkah.” (Hadits Hasan Shahihul Jami’)
Kemudian mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan. Ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala dihadapkan pada seseorang yang mengeluh kesakitan, beliau mengusapnya dengan tangan kanan.” (HR. Muslim)
Imam an-Nawawi berkata, “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan dan mendo’akannya. Banyak riwayat yang shahih tentang hal itu yang telah aku himpun dalam kitab Al-Adzkar.” Menurut Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah, tindakan yang dilakukan sebagian orang saat meruqyah dengan memegangi telapak tangan orang yang sakit atau anggota tubuh tertentu untuk dibacakan kepadanya, maka tidak ada dasarnya sama sekali. Wallahu a’lam. 

Tidak ada komentar